Jumat, 19 Oktober 2012

BAB V

BAB V
DILEMA

Aku dan Reno Sudah memasuki Usia pernikahan dua tahun, tidak terasa kita sama-sama fokus dalam karir pekerjaan kita, beruntungnya Reno dengan masa kerja 2 Tahun sudah dipercaya menjadi koordinator dikantornya, mungkin karena dedikasi dan kepintaran yang dia miliki. Aku pun sudah memgang posisi Head Customer Service dikantor tempatku bekerja, itupun bukan posisi yang mudah untuk didapatkan dalam kurun waktu dua tahun masa kerja, itu dibantu dari penilaian pimpinan terhadap hasil test dan kepribadianku dalam kerjasama terhadap rekan rekan yang lain.

Kami dianugerahi puteri kecil yang sangat lucu, namanya Abigail Putri Reno

Rutinitas yang kami lalui begitu datar, Reno mengantarku pergi kekantor, dan sampai menjelang malam biasanya Reno menjemputku ke kantor, selalu seperti itu setiap harinya, terkadang teman - teman kantorku sering mengajak aku untuk ke tempat karaoke atau hiburan lainnya, tapi sepertinya aku tidak tega jika tidak mengajak Reno dan membiarkannya sendirian. Sedangkan sifat Reno agak tertutup terutama dengan teman - temanku, sehingga aku tidak bisa pergi dengan bebas mengajak dia bergabung dengan teman - teman kantorku.
Hari ini aku ditugaskan oleh bosku untuk ke tempat salah satu calon nasabah penting, dia memiliki perusahaan besar dan sukses, tetapi anehnya biasanya ini adalah tugas marketing, tetapi bosku menyuruh aku langsung untuk menemuinya, kata bosku hanya aku yang bisa menggolkan agar perusahaan tersebut menjadi nasabah di tempatku.
Saat memasuki gedung diamond building, aku terkesan dengan design dan arsitektyur ruangannya, pasti pemilik perusahaan ini sangat berkelas, pegawai dan karyawan yang aku lihat juga sangat cantik dan tampan dan sangat rapih, pantas bosku sangat antusias untuk bisa menggolkan proyek dengan pemilik perusahaan ini, "kira-kira pengusaha siapa ya?" aku bertanya dalam fati dan aku dengan pakaian seragamku masuk ke ruangan itu, semua karyawan melihatku dengan pandangan bingung, lalu aku menuju bagian receiptionistnya, "maaf mba saya darisha dari Bank Tantri mau bertemu dengan General Manager Diamond Building".
"maaf mba sudah ada janji sebelumnya?" "sudah" jawabku, lalu receiptionist itu menelepon cukup lama, dan akhirnya dia mengatakan padaku untuk langsung ke lantai 22 di ruangan Suite Room.

Saat memasuki pintu lift terlihat suasana gedung yang sangat mewah, pasti ini merupakan nasabah yang sangat penting, ada sedikit pertanyaanku, kenapa aku ya? bukankah lebih baik marketing yang datang ke tempat ini, untuk menggolkan proyek ini, dengan gaya marketing bank yang ekslusif dan cantik. Kenapa mesti aku seorang customer service dengan pakaian seragam, tiba-tiba ketidakpercayaan diri timbul dari diriku.. karena belum pernah aku melihat suasana semegah ini.

Lalu tibalah aku dilantai 22 diamond Building, saat lift terbuka disana aku melihat ada kolam renang di luar lobby kantor dengan mini bar di dekat hall atau lobby, dan ada ruangan pintu yang sangat besar disana, dan aku mulai berjalan pelan - pelan, tapi anehnya bukan sekretaris pribadi yang kutemui melainkan pelayan - pelayan dengan kostum seperti waitres....

Dan pelayan tersebut membukakan pintu itu buatku.. dan disitu aku melihat ruangan kantor yang rapih, sangat rapih, lebih tepatnya seperti ruang tamu didalam rumah. Dan dipersilahkan aku untuk duduk, sambil menunggu aku memperhatikan foto - foto yang ada di ruangan itu, pasti nasabah ini sangat menyayangi anaknya, karena aku melihat banyak foto anak - anak di ruangan tersebut, anak yang lucu dan menggemaskan tiba - tiba aku teringat pada Abigail, dan aku rasa nasabah ini juga sangat mencintai anaknya seperti aku mencintai anakku. Dan saat itu aku mendengar namaku dipanggil... "Darisha...".

Aku benar - benar tidak percaya dengan apa yang kulihat, " Kamu.... Kamuuu.... " sebelum aku selesai berbicara, "iya Darisha ini aku Bagas...".

Betul - betul aku tak menyangka sudah hampir beberapa tahun yang lalu, dan kini aku bertemu dengan Bagas seorang pria yang menyebalkan dan sering membuatku kesal, sekarang menjadi seorang jutawan...
"Bagas... apa yang kamu lakukan disini?" pertanyaan yang bodoh fikirku, "Aku... disini karena ini kantorku.." Bagas menjawab pertanyaan konyolku.... tapi dia tetap tenang dan dia malah mengajakku duduk kembali, " Hai Darisha lama ya kita ga ketemu, gimana kabar Reno?". "Reno baik - baik saja... kita bahagia" aku menjawab dengan jawaban yang sangat bodoh, padahal kan Bagas kan hanya bertanya gimana kabar Reno, kenapa aku jawab Bahagia. tiba - tiba otakku menjawab dan bertanya sendiri... aku betul - betul menjadi kikuk, sepertinya Bagas juga dapat melihat bahasa tubuhku.

"Darisha kamu udah makan? temenin aku makan dulu yuk, sambil kamu jelasin produk yang ada di Bank kamu?". kata - kata Bagas membuat otakku lurus kembali, karena aku disini mewakili Bank tempat aku bekerja dan aku harus bersikap profesionalisme, " Boleh Gas" Jawabku.

" Hmm... Kamu udah punya anak?" tanya Bagas kepadaku, "Sudah" jawabku "namanya Abigail Putri Reno" "nama yang indah" jawab Bagas, "kalau anakmu namanya siapa? cantik pasti seperti mamanya?" tanyaku kepada Bagas "aku belum menikah". jawab Bagas, dalam hatiku dasar cowok brengsek dari dulu sampai sekarang ternyata masih saja brengsek, masa anak dan istri tidak diakui, padahal foto anaknya dipasang dimana - mana. "pasti kamu lagi bingung foto anak kecil yang dikantorku ya?' tanya Bagas padaku, seolah bisa membaca fikiranku.

Di hari itu Bagas menceritakan semuanya kepadaku bahwa itu adalah foto keponaan tersayangnya, dikarenakan adik perempuan yang paling kecilnya sudah meninggal terkena kanker, dan ayah ponakannya telah menikah lagi, dan hak penuh asuh ponakannya di asuh oleh Bagas, karena mereka hanya berdua saja dikeluarga. Di saat itu aku melihat sososk bagas ternyata sudah jauh berubah, dia sekarang terlihat lebih matang dan dewasa.

Setelah kita berbicara panjang lebar, akhirnya Bagas mengingatkanku untuk mengisi form pembukaan tabungan dan deposito, hampir saja aku lupa, karena keasyikanku ngobrol dengan Bagas.

Dan akhirnya aku bisa kembali ke cabangku dengan suasana hati yang agak aneh, aku merasa senang bisa bertemu dan berbicara dengan Bagas disaat ini dengan suasana yang berbeda dengan saat kita kuliah dulum karena kita berdua sudah sama - sama dewasa seiring berjalnnya waktu.


Rabu, 10 Oktober 2012

KONSISTEN

Kenapa ya susah banget jadi orang yang konsisten....

Baru mau usaha jalanin aksesoris kalung..... idenya mandek ditambah males
Baru mau rajin Sholat....... malesnya datang lagi
Baru mau nulis novel...... cuma setengah jalan....
Baru mau lepas dari kartu kredit..... eh dipake lagi
Baru mau adi Guru.... moodnya berubah lagi
Baru mau fokus bangun rumah...... ga dijalanin lagi
Baru mau dateng ke kondangan temen......lupa
Baru mau ucapin ultah ke temen,,,,,lupa
Baru mau janjian ama temen.......ada aja alesan
Kalo gw fikir - fikir gw emang ga pernah konsisten......
gw sadar... balik lagi tetep aja ga berubah...
Parah amat sih gw.....
Mau....gimana .....
Sampe anak gw juga ikutan....
Zena ga konsisten....
Kalo ngerjain PR.....cuma setengah doank udah cape....
Kalo nonton Film..... br setengah jalan minta ganti
Kalo mandi....kadang gampang kadang susah...
Mau jadi apa....
Kapan mau suksesnya....
ini penyakit apa bukan sih?? ada dokternya ga ya.... :)
Tapi nulis blog gw bisa konsisten..... wkwkwkwk
Apalagi makan,,,,, Konsisten banget
Sama beli baju...unpredictable.....

2020

it's 2020 good number easy to remember but from  the start theres a lot of trouble maybe God is become Anger If you want God to ...